Madinah, 27 Juli 2017
Oleh Prawito
Pagi ini, begitu bangun, sudah banyak petugas kesehatan yang menginap di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) yang terbangun, padahal waktu masih pukul 04.30 waktu Madinah. Rupanya, bisikan iman telah membangkitkan untuk bangun. Bukan sekedar bangun, tapi sudah pakaian lengkap siap shalat subuh berjamaah di Masjid. Mereka saling bertanya ditangga gedung, karena belum orientasi lapangan, maklum semalam baru sampai pukul 21.00.
Singkat cerita sampai di masjid yang tak terlalu jauh, kira-kira 250 meter dari kantor KKHI Madinah, suara azan terdengar lantang. Setelah shalat rawatib, kemudian iqomah, lalu shalat subuh berjamaah. Usia Makmumnya bervariasi, mulai dari anak-anak usia TK,SD sampai kakek. Begitu salam, ada anak kecil usia TK, mendekat dan mencium pipi jemaah samping kanan saya persis. Kedua tersenyum, anaknya berdiri dan bapaknya duduk tahiyat akhir. Anak itu, lari kebelakang dan pulang. Keduanya berangkat dan pulang ke masjid tak bersamaan, mandiri sekali anak itu…
Persis depan shaf saya, terlihat jemaah asli Arab Saudi, pakai jubah putih, berbadan tinggi besar, kakinya pecah-pecah. Serius asli manusia, bukan malaikat, seperti cerita panas dingin Arab Saudi sebelumnya yang kakinya pecah karena dampak suhu udara yang sangat panas.
Ketika keluar masjid, telah bergerombol teman-teman petugas kesehatan ngobrol dengan warga Indonesia, asalnya dari Garut, Jawa Barat, namanya Abdul Rouf. Saya sempat foto bersama dan izin memfoto kakinya yang pecah-pecah. Ketika ditanya, bagaimana agar kakinya tidak pecah ? Ia menjawab, harus selalu memakai kaos kaki dan beralas kaki, bila keluar rumah atau bepergian, sebaiknya olehkan lotion, hanya 5 real kok, beli di conter farmasi, begitu katanya.
“Saya males, pakai kaos kaki, apalagi kalau mau berwudhu dan masuk masjid untuk shalat lima waktu, makanya pada pecah seperti ini”, jelas Rouf.
Rouf, sudah menjadi mukimin 14 tahun bekerja menjadi sopir. Setiap hari mengantar bosnya, 5 kali shalat jamaah di masjid, yang jaraknya kurang lebih 500 meter dari masjid. Ngak paham masjid apa, tulisannya pakai bahasa arab gundul. Ia mendapat gaji dari majikannya 2.500 real /bulan. Kalau di coversi dengan rupiah, 2.500x Rp 3.500, ketemu angka Rp 8.750.000,-/ bulan.
“Anak saya tiga orang, semua keluarga, anak istri tinggal di Garut. Sekarang, sudah 2 anak lulus kuliah, masih satu lagi yang belum lulus kuliah. Alhamdulillah cukup untuk biaya hidup dan pendidikan anak-anak”, tegas Rouf.
Terkait suhu udara panas, Menteri Kesehatan, Ibu Nila Moeloek, berulangkali di berbagai kesempatan menganjurkan jemaah haji dan petugas haji banyak minum, sesering mungkin, jangan menunggu haus baru minum, guna menghindari dehidrasi, kekurangan cairan tubuh yang dapat mengakibatkan heatstroke, sengatan panas.
“Saya ingatkan kepada seluruh jemaah haji dan petugas haji yang melaksanakan ibadah haji tahun ini sesering mungkin minum, jangan tunggu haus, baru minum. Pokoknya walau tidak haus, minum, minum dan minum”, begitu seruan Menkes.
Selain banyak minun, bila keluar pondokkan, bepergian, jangan lupa pakai kaos kaki, alas kaki, pakaian yang menutupi anggota tubuh, termasuk lengan dan kepala. Lebih nyaman gunakan payung, sehingga kepala dan tubuh terhindar sengatan matahari langusung. Gunakan pakaian yang longgar dan mudah menyerap keringat.
Bagi yang berusia lanjut, apalagi risiko tinggi, memiliki penyakit, bila bepergian harus bersama pendamping. Jangan lupa pakai masker dan selalu semprotkan air ke wajah dan bagian tubuh lainnya yang terpapar sinar matahari. Bahkan, kalau tidak penting-penting banget, tak usah bepergian.
Nah, agar tetap sehat dan dapat melaksanakan ibadah haji dengan sempurna, maka jaga kesehatan. Makan, minum dan istirahat yang cukup. Jangan banyak melakukan ibadah seperti umroh berkali-kali, karena sangat menguras tenaga, kalau kesehatan dan fisik tidak memungkinkan. Lebih baik fokus menjaga kesehatan, sehingga dapat melaksanakan armina dengan baik.
Tak terasa, matahari sudah tinggi, menyinari ruangan, menembus jendela kaca, pertanda sudah harus berganti agenda. Kunjungan lapangan, koordinasi dan menyiapkan diri menyambut gelombang pertama jemaah haji yang akan tiba 28 Juli, pukul 11.35 waktu Arab Saudi. Bagaimana ceritanya menyapa jemaah, suka dan bahagianya, bersambung…
30 Agustus 2017
oleh: Prawito
Minum, minum dan minum. Judul di atas harus saya ulang ulang, dengan cerita dan kasus yang berbeda. Cerita teori dan pengalaman langsung silih berganti, agar dapat memberi pemahanan sepaham pahamnya tentang bahaya dehidrasi, kekurangan cairan tubuh, khususnya kepada jemaah dan petugas haji.
Teori boleh jadi di luar kepala, tapi dalam praktek belum tentu sepaham berteori, terutama ketika di alam terbuka di Arab Saudi, seperti arafah, musdalifah dan mina. Sungguh sangat berbeda dengan dalam ruang tertutup, seperti waktu masih di pondokan atau hotel.
29 Agustus 2017, setelah seharian menyiapkan klinik berbasis tenda di Mina, kebetulan saya mendapat amanah sebagai koordinator. 24 jam berjibaku untuk menyulap tenda jadi klinik. 70 pasukan di kerahkan untuk itu. Alhamdulillah pukul 17.00 waktu setempat selesai.
Tengah hari pukul 14.00 kepala saya mulai sakit, mata ngantuk dan badan lemas. Mungkin lapar, pikir saya waktu itu, karena makan siang baru pukul 14.00. Albaik, menu makan siang hari itu. Karena kepala sakit, saya harus habiskan. Alhamdulillah habis, padahal 4 potong ayam besar, kentang goreng dan sepotong roti.
Tentu saya juga minum setiap saat, apalagi setelah makan, bahkan 2 botol air mineral langsung habis. Saya pikir sudah cukup asukan gizi dan air. Tapi belum sembuh betul sakit kepalanya, namun sudah berkurang. Kemudian saya tidurkan sebentar dalam tenda klinik, ternyata tambah sakit kepalanya, padahal ukuran minum menurut saya sudah berlebih.
Singkat cerita sampai pondokan di KKHI Makkah, sakit kepala tambah parah, padahal kerokan, makan dan minum sudah dilakukan. Tengah malam tambah sakit, sementara pukul 03.00 sudah harus siap melakukan perjalanan ke arafah.
Alarm, sudah bunyi pukul 02.30, bagun dengan kepala sakit. Ingat pesan Ahmad Mohune, ketika setelah selesai ngerokin “banyak minum”,katanya. Setelah itu saya minum obat panadol dan 1 botol mineral 350 ml, habis tapi masih sakit juga kepala.
Akhirnya dalam waktu 30 menit sampai pukul 03.00 saya telah menghabiskan 5 botol mineral. Alhamdulillah, tepat pukul 03.00 sakit kepala, atas Izin Allah hilang, sembuh total. Kemudian berkemas menuju Arafah, bus sudah menunggu di depan kantor KKHI.
Belajar dari pengalaman di atas, kebutuhan minum seseorang bukan ditentukan jumlah liter yang di minum, tapi kalau masih sakit kepala, ngantuk dan lemas, berarti masih kurang cairan. Sekali lagi, ukuranya bukan haus, atau jumlah liter mineral yang telah diminum. Sebab setiap orang ukuranya berbeda beda dalam jumlah liter mineral yang harus diminum.
Tapi ukuranya, ketika masih ngantuk, lemas dan sakit kepala, maka teruslah minum, hingga lemas, ngantuk dan sakit kepala hilang atas Izin Allah SWT. Saat itu kebutuhan air dalam tubuh sudah terpenuhi. Berikutnya jaga kebutuhan air dalam tubuh, dengan cara terus minum, minum dan minum.
Tidak ada dampak negatif kelebihan minum, paling hanya sering buang air kecil. Memang armina juga tidak mudah buang air kecil, harus antri panjang untuk mendapatkanya. Tapi itu cara lebih baik untuk menjaga kesehatan. Minum kencing, minum kencing dan terus minum. Semoga tetap sehat. Bersambung….