Dari keperluan navigasi kapal dan kepentingan militer, teknologi GPS berkembang menjadi peralatan standar telepon genggam. 

 

Anda memesan makanan melalui aplikasi ojek online, yang belum pernah datang ke rumah Anda, tetapi pesanan itu ternyata bisa sampai. Tentara dapat menembakkan peluru kendalinya ke suatu sasaran secara tepat dari jarak ratusan kilometer. Semua ini sekarang mungkin terjadi berkat adanya sistem pemosisian global (GPS), teknologi berbasis satelit yang dapat menginformasikan suatu posisi di bumi, baik di darat, laut, maupun udara, secara akurat.

Paul E. Ceruzzi dalam buku GPS (2018) menetapkan empat hal yang menjadi konteks pengembangan GPS. Pertama, informasi posisi harus tersedia sepanjang waktu, terlepas dari kondisi cuaca atau faktor lain. Kedua, cakupan layanan harus dapat diakses dari mana pun di dunia. Ketiga, akurasi posisi perlu dipastikan dalam radius sekecil mungkin. Keempat, alat penerimanya harus kecil dan ringkas dengan kebutuhan listrik minimal.

Titik lokasi di bumi adalah soal ruang dan waktu tertentu. Ini karena bumi selalu berputar selama 24 jam pada sumbunya ke arah timur dengan kecepatan sekitar 464 meter per detik sehingga suatu titik di permukaan bumi sebenarnya selalu berubah. Kondisi ini menjadi tantangan utama dalam upaya penentuan koordinat suatu lokasi dan sudah tergambar dalam sejarah navigasi.

Dahulu kala, kapal-kapal berlayar dengan mengandalkan peta langit, yakni posisi rasi bintang pada waktu tertentu, dan kronometer, jam yang akurat. Namun kondisi cuaca sering kali menjadi hambatan. Misalnya, bintang di langit tak terlihat karena tertutup awan. Masalah ini terpecahkan setelah ditemukannya mikroprosesor, satelit, dan Internet pada 1970-an.

Internet pada mulanya adalah sistem berbagi informasi yang digunakan Departemen Pertahanan Amerika Serikat pada pertengahan 1970-an untuk kepentingan militer. Peneliti di departemen itu lalu menghubungkan jaringan-jaringan komputer yang terpisah yang pada akhirnya melahirkan apa yang sekarang kita kenal sebagai Internet.

Adapun pemanfaatan satelit dimulai ketika Uni Soviet mengorbitkan satelit Sputnik pada Oktober 1957 yang sebenarnya ditujukan untuk propaganda. Sputnik mengelilingi bumi dan mengirim gelombang radio yang dapat ditangkap radio amatir. Orbit satelit ini rendah dan dapat dilihat dengan mata telanjang.

Untuk menandingi Soviet, Amerika mengorbitkan beberapa satelit komunikasi Transit di awal 1959. Menurut Ceruzzi, satelit-satelit ini menciptakan semacam “sangkar burung” yang mengurung bumi, menjadi semacam peta bumi maya. Dengan menangkap sinyal radio dari transit, penerima di bumi dapat mengetahui posisinya secara relatif terhadap peta maya tersebut. Dengan cara ini, kapal selam, misalnya, dapat menentukan posisinya secara akurat tanpa perlu melihat peta langit.

Departemen Pertahanan Amerika lalu membentuk suatu tim yang bertugas mengembangkan arsitektur GPS pada 1973. Letnan Kolonel Angkatan Udara Bradford Parkinson memimpin tim ini dan pada 2016 ia mendapat penghargaan Marconi Prize atas kontribusinya dalam pengembangan GPS.

Pembangunan GPS adalah proyek raksasa yang melibatkan banyak pihak. Ceruzzi menyebut beberapa dari mereka, seperti Institut Nasional untuk Standar dan Teknologi yang mengembangkan jam atom dan standar frekuensi; Laboratorium Riset Angkatan Udara membangun arsitektur dasar GPS, satelit, dan orbit satelit; serta Badan Pemetaan Pertahanan membuat peta akurat.

GPS pada mulanya dikembangkan untuk memastikan sasaran militer secara presisi. “Jujur saja, Perang Dunia Kedua adalah sebuah parodi—untuk menghancurkan sebuah pabrik di Jerman kami mengorbankan banyak pesawat terbang dan menjatuhkan banyak bom. Kami menembak banyak sasaran yang kami tidak ingin tembak,” kata Bradford Parkinson, yang juga profesor emeritus di Universitas Stanford, kepada ITNOW edisi Juni 2019.

Tanggal 1 September 1983 merupakan momen penting dalam sejarah GPS. Pada hari itu, pesawat Korean Airlines ditembak jatuh oleh pesawat tempur Soviet. Pesawat yang sedang melintasi Alaska, Amerika Serikat menuju Seoul, Korea Selatan itu diduga telah menyimpang dari jalurnya dan memasuki wilayah udara Soviet. Hal ini mendorong Presiden Amerika Ronald Reagan membuka akses GPS bagi penerbangan sipil.

Masalah berikutnya adalah alat penerima sinyal GPS haruslah cukup ringkas. Pada fase awal alat penerima GPS sangat merepotkan. Alat itu lebih besar daripada kulkas dua pintu. Harganya pun mahal, sekitar US$ 5 juta pada 1970-an atau setara Rp 78,2 miliar sekarang. Ini jelas tidak praktis, apalagi bagi tentara di medan perang.

Hal ini terjadi karena komponen elektronik di dalamnya disusun pada papan-papan sirkuit yang terpisah. Para peneliti berupaya memperkecil ukurannya hingga menjadi mikroprosesor, sirkuit terintegrasi berbasis silikon dalam satu cip yang sangat kecil. Alat penerima GPS pun menjadi hanya sebesar genggaman tangan. Catherine Alexandrow, dalam artikel “The story of GPS” dalam buku DARPA: 50 Years of Bridging the Gap (2008), mencontohkan, alat penerima GPS bikinan Rockwell Collins, perusahaan teknologi informasi Amerika, hanya seberat setengah kilogram, menampilkan peta lengkap, memakai empat baterai, dan dapat bertahan selama hampir tujuh bulan.

Perkembangan alat penerima GPS semakin ringkas dan canggih setelah ditemukannya telepon seluler, yang kemudian menjadi telepon pintar. Ketika GPS menjadi komponen standar di telepon pintar, hal itu membuka berbagai kemungkinan pengembangan yang melampaui tujuan awal GPS. Telepon pintar atau alat navigasi mutakhir sekarang telah menyatukan GPS, Internet, dan data lain sehingga mampu digunakan untuk berbagai hal.

 

Penulis: Redaksi Mediakom

Tidak seperti payung yang awalnya tak dibuat untuk melindungi tubuh dari hujan, jas hujan diciptakan sebagai jubah tahan air agar tubuh tidak kehujanan. 

 

Payung dan jas hujan menjadi barang yang tidak boleh ketinggalan di kala cuaca sedang tidak menentu seperti sekarang ini. Pada dasarnya, fungsi utama dari payung dan jas hujan adalah melindungi tubuh dari hujan. Untuk itu, perlu selalu membawa payung atau jas hujan di mana pun dan kapan pun.

Namun fungsi pertama payung dan jas hujan ternyata bukan hanya untuk melindungi tubuh dari hujan melainkan untuk melindungi tubuh agar tidak terkena sinar matahari.

Bangsa Mesir kuno dan Tiongkok kuno dikenal menggunakan payung sebagai perlindungan dari panas matahari pada abad ke-4 SM. Lalu seiring perkembangan zaman, payung dijadikan sebagai aksesori penting dalam budaya Tiongkok, Jepang, dan India.

Pada awal abad ke-18, penggunaan payung mulai merambah kalangan lebih luas di Eropa. Pada periode ini, payung terbuat dari bahan seperti sutra atau kulit yang dilapisi dengan lilin untuk menahan air. Semenjak terjadinya revolusi industri, mulai terjadi perubahan material untuk membuat payung, mulai dari logam, tulang hewan, hingga logam ringan seperti yang sering kita temukan saat ini.

Seiring waktu, payung terus mengalami inovasi. Model payung otomatis, lipat, dan bahkan payung antisinar ultraviolet semakin populer. Dikutip dari berbagai sumber, berikut ini jenis-jenis payung yang sering kita temukan saat ini:

  1. Payung Manual

Payung manual adalah jenis payung yang dibuka dan ditutup secara manual, tanpa menggunakan mekanisme otomatis atau teknologi tambahan. Biasanya pada payung jenis ini, pengguna menarik bagian yang ada di bagian gagang payung untuk membukanya dan kemudian menekan tombol bagian atas untuk menutupnya secara manual. Payung jenis ini dapat berbentuk payung konvensional ataupun payung lipat yang bisa dibawa ke mana-mana.

  1. Payung Otomatis

Payung otomatis dirancang dengan mekanisme untuk membuka dan menutup secara otomatis. Fitur otomatis ini dapat memberikan kenyamanan tambahan kepada penggunanya, terutama dalam situasi cuaca yang tiba-tiba berubah. Pengguna cukup menekan tombol atau mengaktifkan sakelar untuk membuka atau menutup payung. Payung jenis ini tersedia dalam dua model, yaitu jenis payung konvensional (tetap memanjang jika ditutup) dan payung lipat (lebih kecil ukurannya jika dilipat).

  1. Payung Penangkal Sinar Ultraviolet

Seiring berkembangnya teknologi, kini payung juga bisa menangkal sinar ultraviolet. Dengan model otomatis ataupun manual, kini payung menggunakan bahan kain khusus yang memiliki lapisan perlindungan tambahan. Payung anti-UV sering kali dirancang dengan ukuran lebih besar daripada payung konvensional untuk memberikan perlindungan maksimal. Payung anti-UV cocok digunakan di pantai, taman, atau dalam situasi di luar ruangan lainnya di mana paparan sinar matahari yang berlebihan dapat terjadi. Ini menjadi pilihan yang baik untuk mereka yang ingin menambahkan lapisan perlindungan dari sinar UV selama berada di luar ruangan.

 

Tidak seperti payung, jas hujan diciptakan sebagai jubah tahan air agar tubuh tidak kehujanan. Pada awal penemuannya, penduduk asli Amerika pada 1600 SM mengembangkan metode untuk mengekstrak resin lateks alami dari pohon karet (Hevea brasiliensis) dan mengawetkan resin lateks menjadi karet yang distabilkan menggunakan senyawa belerang dari morning glory untuk menciptakan beberapa kain tekstil tahan air pertama di dunia menggunakan kapas dan tanaman serat lainnya.

Di sebagian besar wilayah timur dan barat tengah Amerika Utara banyak penduduk asli Amerika menggunakan kulit olahan dari berbagai hewan untuk membuat pakaian tahan air, terkadang tertutup pinggirannya, agar tetap hangat dan kering.

Dengan perkembangan teknologi dan inovasi, jas hujan terus berubah dan beradaptasi dengan kebutuhan zaman, tetapi warisan dan peran fungsionalnya sebagai alat pelindung dari hujan tetap terus berlanjut hingga saat ini. Dikutip dari berbagai sumber, berikut ini adalah beberapa macam jas hujan yang sering kita temui saat ini:

  1. Jas Hujan Sekaligus Rompi

Rompi dengan lapisan tahan air melindungi tubuh dari hujan. Rompi semacam ini dapat dengan mudah dikenakan di atas pakaian sehari-hari.

  1. Jas Hujan Panjang

Jenis jas hujan yang panjang sering kali mencakup seluruh tubuh hingga ke pergelangan kaki atau lebih. Biasanya terbuat dari bahan tahan air dan dapat memiliki fitur seperti penutup kepala terpasang.

  1. Jas Hujan Setelan

Jas hujan setelan mencakup jaket dan celana panjang dengan lapisan tahan air untuk melindungi seluruh tubuh. Biasanya digunakan oleh pekerja di luar ruangan.

  1. Jas Hujan Ponco

Sebuah pakaian pelindung yang meliputi tubuh dan kepala, mirip dengan rompi panjang. Jas hujan ponco sering kali memiliki desain longgar dan dapat dilipat dengan mudah untuk dibawa sebagai cadangan.

  1. Jas Hujan untuk Berkendara Motor

Dirancang khusus untuk pengendara sepeda motor, jas hujan ini sering memiliki desain yang disesuaikan dengan penggunaan helm dan motor. Bahkan sekarang ini, jas hujan motor ada yang telah memodifikasinya dengan model dapat menutup bagian depan motor.

  1. Jas Hujan Anak-anak

Khusus untuk anak-anak, jas hujan ini memiliki desain lucu dan ukuran yang sesuai untuk melindungi mereka dari hujan.

 

Setiap jenis jas hujan dan payung memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, tergantung pada kebutuhan dan preferensi pengguna. Penting bagi Anda memilih jas hujan dan payung yang sesuai dengan aktivitas dan kondisi cuaca yang akan dihadapi.

 

Penulis: Redaksi Mediakom

Upaya membuat kompas sudah dimulai oleh Cina sejak awal Masehi. Berkutat untuk menentukan posisi utara dan selatan yang tepat. 

Ludovico di Varthema, pelancong dari Bologna, Italia, mencatat kapal yang berlayar di Indonesia pada abad ke-16 telah memakai kompas.

 

Kelahiran kompas, seperti yang kita kenal sekarang, bermula dari magnet. Sejak sebelum Masehi, berbagai bangsa di dunia sebenarnya sudah mengenal batu magnet, batu alam yang punya efek magnet tapi belum digunakan untuk menentukan arah utara dan selatan.

Tak diketahui siapa yang pertama kali menemukan magnet, tapi sejarawan mencatat orang Cina sudah memanfaatkan magnet sebagai kompas sejak lama. Massimo Guarnieri menulis artikel “Once Upon a Time… The Compass” di majalah IEEE edisi Juni 2014 yang menyatakan sekitar 70-80 Masehi, naskah Cina, Lunheng, menyebutkan sebuah alat yang memakai batu magnet berbentuk sendok yang diletakkan di permukaan datar.

Butuh seabad hingga alat itu menjadi lebih praktis dalam bentuk jarum. Guarnieri menyebut buku Wujing Zongyao atau Kumpulan Teknik-teknik Militer Penting, yang terbit pada 1044, telah memerinci cara membuat kompas dari jarum besi bermagnet yang mengambang di air atau digantung dengan benang. Di masa Dinasti Song (960-1279), alat ini telah digunakan untuk keperluan militer di darat dan navigasi di laut.

Negara-negara Barat tampaknya belum memakai jarum bermagnet hingga diperkenalkan oleh pedagang Arab, yang diperkirakan mendapatkannya dari bangsa Cina. Namun ada versi lain bahwa Eropa telah menemukannya sendiri. Alexander Neckam mencatat dalam De Naturis Rerum (1190) bahwa para pelaut memakai jarum bermagnet yang menunjuk ke arah utara meskipun matahari atau bintang tidak terlihat.

Yang pasti, pada abad ke-14, kompas dengan jarum magnet telah lazim digunakan pelaut. Hasil penelitian Frederic C. Lane, “The Economic Meaning of the Invention of the Compass” dalam The American Historical Review edisi April 1963, menyebutkan kompas, dengan dukungan peta dan tabel navigasi, memungkinkan kapal-kapal dagang Mediterania dapat berlayar dua kali dalam setahun.

Sebelumnya, kapal hanya berlayar sekali setahun dan tidak berlayar pada musim dingin, selama Oktober-Maret. Undang-undang Pisa, republik maritim merdeka sebelum menjadi bagian dari Italia, bahkan menggariskan bahwa jika kapal berlabuh pada atau setelah November, kapten kapal dilarang berlayar lagi sebelum Maret tanpa persetujuan para pedagang di kapal. Adanya kompas membuat pedagang lebih banyak meraup keuntungan dan kota-kota pelabuhan seperti Pisa menjadi kaya raya.

Kompas pun semakin dikembangkan. Jarum magnet itu lalu dilindungi dalam sebuah kotak kayu. Untuk menjaga stabilitasnya, kompas kemudian dilengkapi dengan gimbal atau suspensi Cardanis, yang ditemukan Girolamo Cardano pada 1570. Gimbal adalah cincin-cincin yang mengitari objek yang membuat objek seperti jarum magnet berada dalam posisi tetap pada sumbunya meskipun gimbal bergerak-gerak. Teknik gimbal masih digunakan hingga sekarang, misalnya pada “tongsis” untuk telepon genggam yang membuat telepon tetap berada pada posisi vertikal meskipun tongkat berubah posisi.

Pada abad ke-16, kompas dari jarum magnet sudah lazim digunakan kapal-kapal yang berlayar ke benua lain. Ludovico di Varthema, pelancong dari Bologna, Italia, mencatat kapal yang berlayar di Indonesia pada abad itu telah memakai kompas.

“Kapten kapal kapal itu membawa kompas dengan magnet, seperti kebiasaan kita, dan punya sebuah peta yang ditandai garis-garis bujur dan lintang,” tulis Varthema dalam The Travels of Ludovico di Varthema yang diterbitkan ulang oleh Hakluyt Society pada I863.

Namun fenomena efek magnet bumi belum dikenal saat itu hingga Georg Hartmann, ahli teknik Jerman, menemukannya pada 1518. Dalam bukunya, The New Attractive, Hartmann memaparkan jarum menyimpang beberapa derajat arah utara saat berada di Roma. Penyimpangan ini terjadi karena jarum itu terpengaruh magnet bumi yang tidak paralel permukaan bumi sehingga penyimpangannya berbeda-beda tergantung lokasi.

Menurut Guarnieri, fenomena penyimpangan itu baru kemudian dipaparkan William Gilbert, fisikawan dan dokter Inggris, pada 1600, yang menyatakan bumi adalah sebuah magnet raksasa. Hal ini menjelaskan mengapa jarum magnet kompas tidak menunjuk arah utara atau selatan secara persis. Gilbert pula yang menemukan fenomena listrik yang berbeda dari magnet.

Untuk mengatasi masalah tersebut, pada 1885, Marinus Gerardus van den Bos di Belanda membuat girokompas, kompas tanpa magnet berdasarkan piringan yang berputar cepat yang digerakkan oleh sebuah motor kecil dan rotasi Bumi, bukan arah utara-selatan seperti kompas magnet. Alat ini memiliki kelebihan dibanding kompas magnet karena dapat menunjuk arah utara-selatan secara tepat dan tidak terpengaruh benda-benda yang dapat mempengaruhi magnet seperti besi. Alat ini sudah dipakai secara luas di masa Perang Dunia II.

Sejak itu kompas magnet mulai ditinggalkan para pelaut tapi bukan berarti hilang. Kini kompas magnet masih digunakan untuk berbagai kegiatan, salah satunya mendaki gunung. Telepon genggam juga dapat menjadi kompas berkat adanya magnetometer, alat yang mengukur arah dan kekuatan medan magnet di lokasi tertentu.

 

Penulis: Redaksi Mediakom

Gulai belacan Riau tidak hanya tentang rasa. Makanan ini juga mencerminkan budaya dan tradisi masyarakat Riau.

Gulai belacan khas Riau kaya akan protein dan serat pangan.

 

Gulai belacan adalah salah satu masakan khas dari Riau. Gulai ini dibuat dengan kuah campuran belacan atau terasi. Berbahan udang atau ikan, gulai belacan memiliki ciri khas tersendiri yang membuatnya berbeda dari jenis gulai lainnya.

Dengan bumbu dan rempah melimpah, gulai belacan Riau menciptakan rasa yang khas dan memanjakan lidah. Gulai belacan Riau merupakan salah satu warisan kuliner Nusantara yang patut dibanggakan.

Nancy dalam artikel “Ciri Khas Gulai Belacan: Perpaduan Lezat dan Pedas” di perpusteknik.com pada November 2023 menyebutkan gulai belacan Riau adalah hidangan yang terbuat dari belacan atau terasi, digabungkan dengan berbagai jenis sayuran dan daging.

Berbagai bumbu seperti cabai, bawang merah, bawang putih, kunyit, dan kemiri digiling halus dan dipadukan dengan belacan untuk menciptakan rasa yang nikmat dan pedas.

Proses memasaknya membutuhkan kesabaran dan keahlian. Daging dan sayuran harus dimasak dengan sempurna dan bumbu harus meresap dengan baik.

Selain bahan-bahan utamanya, penggunaan santan juga menjadi faktor penting dalam pembuatan gulai belacan. Santan memberikan tekstur kental dan gurih pada kuah gulai, serta melengkapi kesempurnaan cita rasanya yang pedas.

Ketika kuah gulai yang kental ini menyatu dengan daging atau sayuran yang dimasak dalam waktu cukup lama, hasilnya adalah hidangan yang lezat dan menggoyang lidah.

Gulai belacan bisa dinikmati dengan nasi hangat, ketupat, atau roti. Gulai ini juga memiliki varian dalam bahan dan cara penyajiannya. Kombinasi bahan seperti ayam, daging sapi, udang, atau ikan sering digunakan sebagai bahan utama dalam membuat gulai belacan khas Riau.

Ciri khas selanjutnya dari gulai belacan adalah kombinasi yang harmonis antara rasa pedas, gurih, dan manis. Belacan yang gurih dipadukan dengan santan kelapa yang memberikan kelembutan dan kekentalan pada hidangan. Rasa pedas pada gulai belacan memberikan sensasi tersendiri yang membangkitkan selera makan.

Bumbu-bumbu lain seperti serai, daun jeruk, dan daun kunyit memberikan aroma menyegarkan.

Dikutip dari laman Instagram @bppsdm_kp, berikut ini resep dan cara membuat gulai belacan khas Riau:

– 1 kg udang

– 5 lembar daun jeruk

– 1 lembar daun kunyit

– 2 sdt gula pasir

– 500 ml santan kental

– 3 sdm air asam jawa pekat

– Minyak goreng secukupnya

 

– 1 liter Air

– 3 siung bawang merah, cincang kasar

– 2 siung bawang putih, cincang kasar

– 1 batang daun bawang, cincang kasar

– 1 buah wortel, cincang kasar

– 1 sdt garam

– 1 sdt merica butir

 

– 1,5 sdm terasi udang

– 2 cm kunyit

– 2 cm jahe

– 1 cm lengkuas

– 15 siung bawang merah

– 5 siung bawang putih

– 10 buah cabai rawit merah

– 5 butir kemiri

– 3 sdm minyak goreng

– 1 sdt garam

 

  1. Rebus air bersama bahan kaldu hingga harum dan mendidih, lalu saring dan sisihkan.
  2. Bersihkan udang (buang kepalanya atau sesuaikan dengan selera masing-masing), cuci lalu sisihkan.
  3. Tumis bumbu halus, daun jeruk, daun kunyit, dan gula pasir hingga harum.
  4. Tuangkan air kaldu, santan, dan air asam jawa lalu aduk merata hingga mendidih.
  5. Masukkan udang, masak hingga matang dan bumbu meresap.
  6. Kekentalan kuah dapat disesuaikan dengan selera masing-masing.

 

Hidangan khas Riau yang satu ini, selain lezat dan memiliki ciri khas rasa, juga kaya dengan protein dan serat pangan.

Artikel “Makan Udang Tidak Berlebihan Lebih Menyehatkan” di Poltekkes PIM Januari 2023 menyebutkan udang memiliki kadar kolesterol cukup tinggi, yaitu 152 per 100 gr udang segar. Namun udang memiliki kadar kalori rendah, yaitu sekitar 106 kalori/100 gr udang, dan sedikit asam lemak jenuh sehingga dapat menjadi pilihan makanan untuk diet.

Khoir, Millania Lintang Bill, dalam artikel “Uji Kadar Protein Pada Terasi Udang Sebelum & Sesudah Fermentasi” di onesearch.id pada tahun 2018 menyebutkan terasi udang memiliki kadar protein setelah melalui proses fermentasi.

Salima, J., dalam artikel “Aktivitas Antibakteri Bawang Putih” di Jurnal Mayoritas pada 2015 mengatakan setiap 100 gram bawang merah mengandung protein, lemak, serat, mineral, kalsium, fosfor, zat besi, dan vitamin C. Bawang putih mengandung organosulfur, minyak asiri, dan flavonoid yang bersifat antibakteri.

Cabai merah mengandung nutrisi dan senyawa antioksidan yang bermanfaat bagi kesehatan. Laos atau lengkuas mengandung transkoniferil diasetat, asetoksi chavikol asetat, asetoksi eugenol setat, minyak atsiri, dan, karioferida.

Kemiri mengandung zat gizi dan nongizi. Merica atau lada mengandung zat besi (Fe), vitamin K, mangan, zat-zat piperin, piperidin, pati, protein, lemak, asam piperat, chavisin, felanden, kariofilen, dan terpen.

Ni Putu Widiari Isni Arimbi, S.Pt, M.Si, dalam artikel “Si Kuning Kunyit Kaya Khasiat” di disnakkeswan.jatengprov.go.id menyebutkan kunyit mengandung senyawa berkhasiat obat, yaitu kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin, demetosikurkumin, dan bisdemetosikurkumin.

Sementara daging buah kelapa sekitar 90 persen merupakan asam lemak jenuh dan 10 persen asam lemak tak jenuh. Meskipun mengandung asam lemak jenuh, minyak kelapa memiliki rantai karbon sedang sehingga mudah dicerna oleh tubuh.

Gulai belacan Riau tidak hanya tentang rasa. Makanan ini juga mencerminkan budaya dan tradisi masyarakat Riau. Setiap bahan dan proses memasaknya memiliki cerita dan makna tersendiri. Misalnya, penggunaan belacan yang melambangkan kekayaan alam Riau, dan proses memasak yang panjang yang merepresentasikan kesabaran dan keuletan masyarakat Riau.

Jadi, jika Anda mencari pengalaman kuliner yang unik dan berkesan, cobalah gulai belacan Riau. Rasakan kelezatan dan kenikmatan yang ditawarkan oleh masakan khas ini, dan temukan cerita dan budaya yang terkandung di dalamnya.

 

Penulis: Redaksi Mediakom

Komisi Darurat Peraturan Kesehatan Internasional menyimpulkan bahwa polio masih merupakan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi kepedulian internasional.

Negara-negara terinfeksi harus mengumumkan wabah polio sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat nasional.

 

Komisi Darurat Peraturan Kesehatan Internasional (IHR)  dengan suara bulat menyetujui bahwa risiko penyebaran virus polio secara internasional masih merupakan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi kepedulian internasional (PHEIC) dan merekomendasikan perpanjangannya serta rekomendasi sementara untuk tiga bulan berikutnya. Keputusan itu keluar dalam pertemuan yang diselenggarakan Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 12 Desember 2023.

Keputusan keluar setelah Komisi meninjau data virus polio liar (WPV1) dan virus polio yang berasal dari vaksin yang beredar (cVDPV) dalam konteks pemberantasan WPV1 dan penghentian wabah cVDPV2. Ini termasuk perkembangan terbaru dari sejumlah negara, seperti Afganistan, Mesir, Guinea, Mauritania, Nigeria, Pakistan, dan Zimbabwe.

Eradikasi polio memang masih jadi agenda kesehatan penting dunia. Yang terbaru, Kenya melaporkan temuan 14 kasus virus polio dalam tinja yang dikumpulkan dari anak-anak di kamp pengungsi di Kabupaten Garissa. Virus yang sama juga terdeteksi pada sampel lingkungan dari limbah di wilayah Garissa dan Nairobi.

“Konfirmasi tersebut menegaskan bahwa negara ini masih dihadapkan pada ancaman penyakit polio yang signifikan. Polio adalah penyakit yang melumpuhkan dan mematikan yang belum ada obatnya. Namun, hal itu dapat dicegah dan diberantas melalui vaksinasi,” kata Mary Muriuki, Sekretaris Utama untuk Kesehatan Masyarakat dan Standar Profesional Kementerian Kesehatan Kenya, seperti dikutip The Nation pada Senin, 29 Januari 2024. “Wabah polio yang terjadi saat ini disebabkan oleh impor dari negara tetangga dan cakupan imunisasi rutin yang kurang optimal di beberapa negara sehingga menempatkan semua anak pada risiko penyakit polio.”

Kementerian Kesehatan Kenya telah memulai vaksinasi putaran ketiga yang juga menargetkan wilayah Mandera dan Wajir. Vaksinasi itu menyasar 755.011 anak di bawah usia lima tahun dan tambahan 238.447 anak berusia antara lima dan 15 tahun di Fafi dan Dadaab serta semua kamp pengungsi di Garissa.

Per 4 Januari 2024, Indonesia melaporkan kepada WHO mengenai 4.423 kasus yang diduga lumpuh layuh akut (AFP) yang terjadi sepanjang tahun 2023, tapi sebagian besar kasus telah dinyatakan bukan kasus AFP. Indonesia juga melaporkan tiga kasus baru AFP dengan cVDPV2 dan 9 kasus anak sehat dengan cVDPV2 yang tersebar di Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Kementerian Kesehatan RI meresponsnya dengan melakukan vaksinasi daerah-daerah tersebut.

Komisi Darurat merekomendasikan agar negara-negara yang terinfeksi WPV1 (Afganistan, Malawi, Mozambik, dan Pakistan) dan cVDPV1 atau cVDPV3 (Madagaskar, Mozambik, Malawi, Kongo) dengan potensi risiko penyebaran internasional harus secara resmi menyatakan bahwa gangguan transmisi virus polio merupakan keadaan darurat kesehatan masyarakat nasional. Mereka juga diminta menerapkan semua tindakan yang diperlukan untuk mendukung pemberantasan polio. Jika mereka telah membuat pernyataan darurat , status tersebut harus dipertahankan selama masa tanggap darurat diperlukan.

Negara-negara terinfeksi itu juga harus memastikan bahwa semua penduduk dan pendatang yang melakukan perjalanan mendesak serta pengunjung jangka panjang telah menerima satu dosis vaksin polio oral bivalen (bOPV) atau vaksin polio yang tidak aktif (IPV) sebelum melakukan perjalanan internasional. Pembatasan perjalanan internasional perlu diberlakukan bagi penduduk yang tidak memiliki dokumen vaksinasi polio yang memadai.

Menurut Komisi Darurat, negara-negara yang terinfeksi cVDPV2 dengan atau tanpa bukti penularan lokal, termasuk Indonesia, harus secara resmi menyatakan bahwa pencegahan atau penghentian penularan virus polio adalah keadaan darurat kesehatan masyarakat nasional dan menyelidiki untuk menentukan apakah itu “virus impor”. Negara-negara itu juga dapat meminta vaksin dari persediaan vaksin oral baru global dalam upaya peningkatan cakupan imunisasi dan memasukkan IPV2 ke dalam jadwal imunisasi rutin. Mereka juga diminta untuk mengintensifkan kerja sama regional dan koordinasi lintas batas untuk meningkatkan surveilans guna mendeteksi virus polio secara cepat.

Komisi Darurat juga meminta negara-negara tersebut untuk mempertahankan langkah-langkah ini hingga setidaknya enam bulan tanpa terdeteksinya peredaran VDPV2 dari sumber mana pun dan terdapat dokumentasi penerapan penuh kegiatan pemberantasan berkualitas tinggi di seluruh wilayah yang terinfeksi dan berisiko tinggi. Jika tidak ada dokumentasi tersebut, langkah-langkah ini harus dipertahankan hingga negara tersebut memenuhi kriteria “negara yang tidak lagi terinfeksi” dan tanpa bukti penularan pada akhir bulan ke-12.

 

Penulis: Redaksi Mediakom

Banyak orang meninggal akibat minum alkohol dan pola makan yang tidak sehat. Kenaikan pajak akan menekan jumlah kematian dan menambah pendapatan negara.  Studi WHO menunjukkan bahwa pajak yang meningkatkan harga alkohol sebesar 50 persen akan membantu mencegah lebih dari 21 juta kematian selama 50 tahun.

 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan agar negara-negara di dunia menaikkan pajak alkohol dan minuman berpemanis buatan untuk mencegah dampak buruk dua komoditas tersebut terhadap kesehatan. Namun, upaya untuk menaikkan pajak tersebut tidak mudah. Para produsen umumnya akan menolak kebijakan semacam itu.

Pemerintah Kanada, misalnya, akan menaikkan pajak bir sebesar 4,7 persen pada 1 April mendatang. Pajak untuk anggur dan minuman beralkohol juga akan naik di negeri itu. Namun, pengusaha mulai menyerukan agar rencana kenaikan itu dibatalkan.

Presiden Bir Kanada, CJ Helie, kepada VOCM, mengatakan bahwa pemerintah federal memberlakukan kenaikan pajak tersebut setiap tahun secara otomatis sejak 2017 dengan mengaitkannya dengan angka inflasi. Namun, kata dia, pada masa itu inflasi relatif rendah, tidak seperti sekarang. Helie khawatir bahwa kenaikan pajak akan membuat beberapa perusahaan bir gulung tikar, termasuk bar dan restoran.

Data terbaru WHO menunjukkan rendahnya tingkat pajak global terhadap produk tidak sehat seperti alkohol dan minuman berpemanis buatan (SSB). Temuan ini menyoroti bahwa mayoritas negara tidak menggunakan pajak untuk mendorong perilaku yang lebih sehat.

Menurut WHO, 2,6 juta orang di dunia meninggal akibat minum alkohol setiap tahun dan lebih dari 8 juta orang meninggal akibat pola makan yang tidak sehat. Kenaikan pajak atas alkohol dan minuman berpemanis buatan diharapkan akan mengurangi jumlah kematian ini.

“Mengenakan pajak pada produk yang tidak sehat akan menciptakan populasi yang lebih sehat. Hal ini memiliki efek riak positif di seluruh masyarakat.. dan pendapatan bagi pemerintah untuk menyediakan layanan publik. Dalam kasus alkohol, pajak juga membantu mencegah kekerasan dan kecelakaan lalu lintas,” kata Rudiger Krech, Direktur Promosi Kesehatan WHO, dalam rilis WHO pada 5 Desember 2023.

Studi WHO pada 2017 menunjukkan bahwa pajak yang meningkatkan harga alkohol sebesar 50 persen akan membantu mencegah lebih dari 21 juta kematian selama 50 tahun dan menghasilkan pendapatan tambahan sebesar hampir US$ 17 triliun. Jumlah ini setara dengan total pendapatan pemerintah dari delapan negara dengan perekonomian terbesar di dunia dalam satu tahun.

WHO mencatat hingga Juli 2022, setidaknya 148 negara telah menerapkan pajak cukai minuman beralkohol, tapi anggur dibebaskan dari pajak cukai di setidaknya 22 negara, khususnya di kawasan Eropa. Sebagian besar negara yang tidak menerapkan pajak tersebut berada di kawasan Mediterania Timur atau Asia Tenggara, yang banyak negaranya melarang penjualan alkohol. Secara rata-rata global, porsi pajak cukai untuk harga merek bir yang paling laris adalah 17,2 persen dan untuk merek minuman beralkohol yang paling laris adalah 26,5 persen.

Indonesia telah menerapkan pajak alkohol. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 158 Tahun 2018, tarif cukai minuman beralkohol sebesar Rp 20 ribu per liter untuk semua jenis etil alkohol dengan kadar berapa pun, baik produksi dalam negeri maupun impor; Rp 15 ribu untuk minuman mengandung etil alkohol 5 persen, baik impor maupun produksi dalam negeri, Rp 33 ribu per liter (untuk produksi dalam negeri) dan Rp 44 ribu per liter (impor) untuk minuman mengandung etil alkohol 5-20 persen; Rp 80 ribu per liter (untuk produk dalam negeri) dan Rp 139 ribu per liter (impor) untuk minuman yang mengandung etil alkohol lebih dari 20 persen; serta Rp 1.000 per gram untuk konsentrat yang mengandung etil alkohol.

Menurut WHO, pajak kesehatan sejatinya harus diberlakukan pada produk-produk yang berdampak negatif terhadap kesehatan masyarakat, seperti tembakau, alkohol, dan minuman berpemanis buatan. Hal ini dianggap sebagai kebijakan yang positif karena dapat menyelamatkan nyawa dan mencegah penyakit sekaligus memajukan kesetaraan kesehatan dan memobilisasi pendapatan negara untuk anggaran program umum. Pajak ini juga dapat digunakan untuk program prioritas tertentu, seperti membiayai jaminan kesehatan universal atau program kesehatan masyarakat lain.

Tujuan dari kebijakan pajak kesehatan ini, kata WHO, adalah untuk mengurangi konsumsi produk-produk yang dianggap sebagai faktor risiko penyakit tidak menular dengan membuatnya lebih mahal dan sulit dijangkau masyarakat. Hal ini dapat dicapai dengan kenaikan pajak secara berkala yang cukup besar untuk menghasilkan kenaikan harga riil yang lebih besar dari pertumbuhan ekonomi negara.

Penelitian oleh WHO menemukan bahwa pengenaan pajak atas alkohol dan minuman berpemanis buatan dapat membantu mengurangi penggunaan produk ini dan memberikan alasan bagi perusahaan untuk membuat produk yang lebih sehat. Pada saat yang sama, pajak atas produk-produk ini akan membantu mencegah cedera dan penyakit tidak menular seperti kanker, diabetes, dan penyakit jantung.

Jajak pendapat oleh lembaga survei Gallup baru-baru ini, yang dilakukan dengan bekerja sama dengan WHO dan Bloomberg Philanthropies, menemukan bahwa mayoritas responden di semua negara yang disurvei mendukung peningkatan pajak atas produk tidak sehat seperti alkohol dan minuman berpemanis buatan. Dengan demikian, WHO merekomendasikan agar pajak cukai diberlakukan untuk semua minuman beralkohol dan minuman berpemanis buatan.

 

Penulis: Redaksi Mediakom

Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih tinggi. Kementerian Kesehatan berusaha mengatasinya dengan sejumlah kebijakan yang diharapkan menyelamatkan sang ibu dan bayinya. 

 

Angka kematian ibu dan bayi merupakan dua indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan di suatu negara. Di Indonesia dua hal ini menjadi perhatian pemerintah karena angka kematian ibu dan bayi di Tanah Air masuk peringkat tiga besar di ASEAN. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan, dr. Lovely Daisy, M. K. M., pada acara temu media dalam rangka hari prematur sedunia pada 15 Desember 2023.

Menurut Daisy, berdasarkan data Sensus Penduduk 2020, angka kematian ibu melahirkan mencapai 189 per 100 ribu kelahiran hidup. Angka ini, kata Daisy, membuat Indonesia menempati peringkat kedua tertinggi di ASEAN dalam hal kematian ibu, jauh lebih tinggi daripada Malaysia, Brunei, Thailand, dan Vietnam yang sudah di bawah 100 per 100 ribu kelahiran hidup.

Adapun kematian bayi tercatat mencapai 16,85 per 1.000 kelahiran hidup. “Jadi, dari 1.000 kelahiran hidup bayi-bayi itu, yang tidak akan mencapai usia satu tahun sekitar 17 orang. Kalau kita bandingkan dengan negara ASEAN lain, kita juga nomor tiga tertinggi. Artinya, kita juga perlu mempercepat penurunan kematian bayi,” ujar Daisy.

Berdasarkan data dari Maternal Perinatal Death Notification (MPDN), sistem pencatatan kematian ibu Kementerian Kesehatan, jumlah kematian ibu pada tahun 2022 mencapai 4.005 dan di tahun 2023 meningkat menjadi 4.129. Sementara itu, untuk kematian bayi pada 2022 sebanyak 20.882 dan pada tahun  2023 tercatat 29.945.

Daisy mengatakan, kematian bayi banyak disebabkan oleh bayi berat lahir rendah (BBLR) atau prematuritas dan asfiksia. BBLR, menurut Daisy, terjadi ketika bayi lahir dengan berat badan di bawah 2.500 gram dan biasanya dialami bayi prematur yang dilahirkan kurang dari masa kehamilan 37 minggu. “Bayi-bayi dengan berat badan kurang dari 2.500 gram ini atau bayi-bayi prematur ini lebih rentan dan lebih mudah sakit dan juga menyebabkan kematian. Jadi, kita perlu mencegah bayi-bayi ini agar jangan lahir prematur, agar jangan lahir BBLR,” kata Daisy.

Menurut Dana Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF), kelahiran prematur merupakan penyebab utama kematian anak usia di bawah lima tahun dengan perkiraan 15 juta bayi lahir prematur di seluruh dunia setiap tahun. Untuk itu, UNICEF mendorong salah satu upaya untuk mencegah bayi lahir prematur dengan melakukan deteksi dini selama kehamilan. Adapun untuk penyebab kematian ibu hamil umumnya adalah pendarahan dan eklamsia. “Penyebab kematian ibu yang terbanyak adalah hipertensi dalam kehamilan, biasa kami sebut dengan eklamsia dan perdarahan yang sebenarnya ini bisa dicegah,” kata Daisy.

Intervensi Pemerintah

Penurunan angka kematian ibu dan bayi menjadi salah satu program prioritas yang dijalankan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Sejumlah program dilakukan Kemenkes, seperti program sebelum kehamilan, saat hamil, dan juga perawatan untuk bayi prematur dan BBLR. Sejumlah masalah kesehatan yang dialami oleh ibu hamil di antaranya adalah 48,9 persen ibu hamil dengan anemia, 12,7 persen dengan hipertensi, 17,3 persen kurang energi kronik (KEK), dan 28 persen dengan risiko komplikasi.

Untuk mengatasi masalah pada ibu hamil tersebut, Kemenkes, Daisy menerangkan, telah membuat sejumlah kebijakan yang diharapkan menyelamatkan sang ibu dan bayinya. Program tersebut di antaranya adalah pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil yang dulunya hanya dilakukan empat kali kini diubah menjadi enam kali. Dua kali dalam enam pemeriksaan tersebut dilakukan oleh dokter. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi risiko komplikasi yang terjadi pada ibu hamil yang mungkin akan berdampak pada sang ibu dan bayi yang dikandungnya.

Selanjutnya adalah pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil yang wajib dikonsumsi satu kali dalam sehari. Ibu hamil yang memiliki penyakit anemia tidak hanya diberikan tablet tambah darah tapi juga dilakukan terapi untuk menanggulangi anemia. Adapun ibu yang mengalami kurang energi kronik (KEK) ketika mengandung akan diberikan makanan tambahan. Ibu hamil yang mengalami KEK, kata Daisy, biasanya terjadi karena kurang gizi sehingga intervensi yang dilakukan adalah memberikan makanan tambahan agar pertumbuhan janinnya dapat optimal. “Itu intervensi yang kami lakukan agar bayi tidak lahir di bawah 2.500 gram atau bayi prematur dengan melakukan intervensi pada ibunya.”

UNICEF menyatakan negara-negara perlu mendorong penerapan perawatan model kanguru karena metode ini memungkinkan kontak langsung antara ibu dan bayi yang dapat digunakan bagi bayi prematur atau bayi normal. Karena, kata UNICEF, metode ini akan mendorong pemberian air susu ibu (ASI), menurunkan tingkat stres, dan memperkuat ikatan antara ibu dan buah hatinya. Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa kontak kulit-ke-kulit dapat dan harus dimulai segera setelah lahir dan bahkan sebelum bayi baru lahir dianggap stabil secara klinis. “Kontak seperti ini meningkatkan pengaturan suhu tubuh, mencegah infeksi, menstimulasi produksi ASI, dan menghasilkan efek fisiologis, perilaku, psikososial, dan perkembangan saraf yang positif sekaligus mengurangi risiko kematian neonatal sebesar 40 persen,” kata UNICEF.

 

Penulis: Redaksi Mediakom

Bayi lahir prematur belum berkembang secara sempurna. Perlu penanganan khusus sejak masa kehamilan. 

 

Bayi prematur adalah bayi yang lahir saat usia kehamilan ibu belum mencapai 37 minggu. Akibatnya, organ dan tubuh bayi belum berkembang sempurna sehingga rentan sakit dan terinfeksi kuman, bakteri, hingga virus. Lantas, bagaimana cara merawat bayi prematur yang benar?

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2018, prevalensi angka kelahiran prematur di Indonesia tahun 2018 sebanyak 29,5 persen per 1.000 kelahiran hidup. Indonesia berada pada posisi ke-5 tertinggi di dunia untuk persalinan prematur, yaitu sekitar 657.700 kasus.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 13,4 juta bayi lahir prematur pada tahun 2020. Jumlah itu lebih dari 1 dari 10 bayi lahir. Menurut WHO pula, sekitar 900 ribu anak meninggal pada tahun 2019 karena komplikasi kelahiran prematur dan banyak penyintas yang menghadapi disabilitas seumur hidup, termasuk ketidakmampuan belajar serta gangguan penglihatan dan pendengaran.

Riset Kesehatan Dasar 2018 juga menjabarkan bahwa saat bayi prematur lahir selalu diikuti dengan berat badan lahir rendah. Adapun prevalensi bayi prematur di Indonesia di angka 7 hingga 14 persen dari total kelahiran, padahal di di beberapa negara hanya 5 hingga 9 persen.

Menurut Aldiano Rachmantiawan dan Rodiani dalam Jurnal Penelitian Perawat Profesional tahun 2022, terdapat berbagai faktor risiko persalinan prematur yang telah dilaporkan, termasuk penyakit ibu selama kehamilan, kehamilan ganda, stres, kelainan plasenta, nutrisi, medis, dan infeksi. Secara epidemiologis, kelahiran prematur dikaitkan dengan status sosial ekonomi, anomali uterus, riwayat kelahiran prematur sebelumnya, riwayat abortus, merokok, ras, dan usia ibu yang cukup berisiko yaitu, usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun.

Karena salah satu penyebab kematian bayi terjadi karena kelahiran prematur, masyarakat perlu tahu cara yang tepat merawat bayi prematur. Tujuannya, agar bayi prematur bisa segera mencapai berat badan idealnya dan bisa tumbuh optimal seperti anak lainnya.

Menurut WHO, perawatan bayi prematur harus dimulai sejak kehamilan. Terlebih jika perempuan tersebut berisiko mengalami kehamilan prematur, seperti mereka yang sebelumnya mengalami kelahiran prematur. Jadi, sangat penting membuat rencana yang tepat untuk menghadapi kehamilan prematur.

Menurut Kementerian Kesehatan, perawatan ibu hamil prematur dimulai dari memastikan kondisi kesehatan ibu. Petugas kesehatan yang merawat ibu hamil perlu menilai risiko terjadinya persalinan prematur dan mampu mengenali serta menangani kondisi yang dapat menyebabkan kelahiran prematur. Beberapa kondisi yang bisa menyebabkan kelahiran bayi prematur antara lain adalah preeklamsia, suatu kondisi kehamilan yang menyebabkan ibu mengalami tekanan darah tinggi.

Lantaran bayi prematur tidak boleh dirawat sembarangan karena tubuh dan organnya belum terbentuk sempurna, maka pada umumnya bayi harus mendapat perawatan selayaknya seperti di dalam rahim. Itulah sebabnya beberapa bayi prematur perlu dirawat di inkubator hingga berat badannya dinyatakan ideal dan diperbolehkan pulang. Maka, ibu hamil harus dirujuk ke rumah sakit yang menyediakan perawatan dan fasilitas yang memadai.

Menurut Kementerian Kesehatan, persalinan melalui operasi caesar atau induksi persalinan dini yang tidak diperlukan secara medis sebaiknya dihindari. Ibu yang mengalami persalinan prematur sebaiknya juga mendapat suntikan steroid untuk mempercepat perkembangan paru-paru bayi. Ini karena paru-paru menjadi organ terakhir yang paling lama berkembang sempurna. M

Perawatan Bayi Prematur Baru Lahir

Langkah ini sangat vital dan penting, mengingat bayi yang lahir dalam keadaan tubuh belum berkembang sempurna sehingga tidak boleh sembarangan merawatnya. Jika salah, bayi mudah terinfeksi penyakit, berat badannya sulit bertambah, dan malah jadi bayi berat badan lahir rendah. Menurut Kementerian Kesehatan, ada beberapa langkah yang harus dilakukan.

  1. Bayi Terlindungi dari Infeksi

Setiap orang yang menyentuh ibu atau bayinya harus memiliki tangan yang bersih. Pemeriksaan dan prosedur kesehatan sebaiknya hanya dilakukan jika diperlukan. Sarung tangan steril dan alat pemotong harus digunakan untuk menjepit dan memotong tali pusat.

  1. Harus Tetap Hangat

Segera setelah lahir, bayi harus benar-benar dikeringkan secara menyeluruh dan diletakkan di atas perut ibunya. Jika bayi bernapas dengan normal, tali pusar dijepit dan dipotong. Selanjutnya bayi tersebut harus dibaringkan di dada ibunya agar terjadi kontak kulit ke kulit hingga inisiasi menyusui pertama. WHO juga melarang bayi prematur langsung dimandikan setelah lahir.

  1. Bantuan Ventilator

Setelah lahir, bayi dikeringkan secara menyeluruh. Biasanya bayi akan mulai bernapas normal setelah lahir. Tapi, jika bayi tidak bisa bernapas sendiri, ini tandanya ia perlu bantuan alat napas seperti ventilator.

  1. Air Susu Ibu

Sama seperti bayi cukup bulan, air susu ibu (ASI) adalah nutrisi terbaik untuk bayi prematur. Bayi harus disusui sesegera mungkin setelah lahir. Tapi, kebanyakan bayi prematur tidak mampu mengkoordinasikan refleks mengisap dan menelan sehingga dapat diberikan ASI perah ibunya melalui cangkir, sendok, atau selang.

  1. Kehangatan Tambahan Saat Menyusu

Perawatan metode kanguru (kangaroo mother care) adalah cara terbaik untuk perawatan ekstra bayi prematur. Dalam metode ini bayi dibiarkan dalam dekapan ibu saat menyusu, bisa menggunakan kain di depan dada atau menggunakan dekapan tangan. Bayi dibaringkan di dada ibunya dan didiamkan di sana, siang dan malam, digendong dengan kain yang dibungkus dan diikatkan di punggung ibu. Perawatan metode kanguru diperkirakan dapat menyelamatkan 450 ribu bayi baru lahir prematur dalam setahun.

  1. Jika Komplikasi

Bayi prematur yang mengalami infeksi memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Lalu, untuk bayi yang tidak bernapas saat dilahirkan, dapat dilakukan resusitasi, yakni memberikan tekanan pada dada. Namun, jika masalah pernapasan terus berlanjut, bayi mungkin perlu bantuan tambahan dari mesin ventilator dan oksigen tambahan. Bayi prematur yang mengalami komplikasi tambahan mungkin perlu dirawat di neonatal intensive care unit (NICU) jika tersedia.

 

Penulis: Redaksi Mediakom

Selama sembilan bulan mengandung bayinya, ibu mengalami berbagai perubahan. Bagaimana agar kehamilan sehat, persalinan berjalan lancar, dan bayi lahir sehat?         

 

Kehadiran seorang bayi merupakan hal yang paling dinantikan oleh orang yang telah berumah tangga. Perasaan bahagia akan senantiasa mengiringi pasangan yang akan dikaruniai buah hati mereka. Apa saja yang terjadi pada si kecil selama sembilan bulan dalam kandungan ibunya? Apa saja yang dialami oleh ibu ketika mengandung bayinya? Dokter spesialis kebidanan dan kandungan dari Rumah Sakit Polri Said Sukanto, dr. Fredrico Patria, Sp. O. G. (K.), menjelaskan hal-hal tersebut secara tertulis dalam wawancara dengan Mediakom pada 21 Desember 2023.

Apa yang terjadi di dalam kandungan selama sembilan bulan padi bayi dan ibu yang mengandungnya?

Selama sembilan bulan di dalam kandungan ibu terjadi perubahan yang besar dari seorang calon manusia, mulai dari pertemuan sperma dan sel telur di dalam saluran telur, yang sebelumnya merupakan proses seleksi dari jutaan sel sperma yang masuk dan hanya satu yang terpilih untuk membuahi. Ini dilanjutkan dengan berkembangnya hasil konsepsi itu menjadi ribuan sel yang kemudian mempunyai tugas masing masing.

Pada tiga bulan pertama, terjadi pembentukan organ organ vital, mulai dari otak, pancaindra, jantung, perut dan isinya serta anggota tubuh lainnya. Fase ini dinamakan fase organogenesis. Pertumbuhan ini dilanjutkan dengan dua trimester berikutnya berupa pertambahan sel di masing-masing organ sampai menyerupai bentuk manusia sempurna menjelang kelahiran.

Ibu sendiri juga mengalami perubahan, yang merupakan adaptasi terhadap bayi yang dikandungnya. Tubuh ibu menyesuaikan dengan kebutuhan bayi yang dikandungnya. Pada tiga bulan pertama terjadi perubahan akibat penyesuaian ibu terhadap hormon kehamilan, termasuk perubahan pola makan, kadang gangguan buang air besar. Terjadi perubahan bentuk tubuh, ketika perut semakin besar yang mengakibatkan penyesuaian seperti napas yang semakin memendek, curah jantung yang meningkat, pertambahan berat badan yang diakibatkan oleh kandungan, dan cadangan makanan ibu yang semakin meningkat. Selain itu, metabolisme ibu meningkat, yang ditandai dengan sedikit kenaikan suhu badan. Menjelang persalinan ada penyesuaian jalan lahir agar ibu dapat melakukan persalinan pervaginam dengan mudah.

Pada fase kehamilan, apa saja yang harus diperhatikan untuk kesehatan ibu dan janinnya?

Untuk mendapatkan kehamilan yang sehat,seorang ibu harus memastikan dirinya sehat sebelum kehamilan terjadi. Hal ini dimulai dari masa remaja. Pastikan tidak ada anemia dan obesitas pada calon ibu dan tidak ada gaya hidup yang kurang baik, seperti malas berolahraga, merokok. Saat hamil, seorang ibu harus menjaga pola makan yang baik, tetap menjaga kebugaran dengan olahraga ringan, dan datang ke fasilitas kesehatan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan dan skrining faktor risiko yang mungkin akan mengganggu proses kesehatan. Harus juga dipastikan bahwa tidak ada anemia dan kekurangan zat gizi maupun mikronutrisi lainnya seperti asam folat. Perlu juga diperhatikan asupan susu sebagai sumber kalsium.

Pada trimester berapa yang paling rawan terhadap keselamatan ibu dan bayi?

Pada umumnya masa yang paling rawan adalah di trimester pertama, saat plasenta atau ari-ari baru mulai terbentuk, sehingga kemungkinan dapat terjadi keguguran besar. Pada masa ini juga terjadi organogenesis, yaitu pembentukan organ penting. Sehingga, bila terjadi gangguan asupan makanan atau infeksi, maka kemungkinan kelainan yang terjadi lebih berbahaya.

Asupan apa saja yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi oleh ibu hamil?

Seorang ibu hamil mempunyai kewajiban untuk mencukupi kebutuhan gizi bayi yang dikandungnya. Diet berimbang dengan mengutamakan protein dan membatasi karbohidrat dianjurkan. Jangan lupa makan sayuran dan buah-buahan sebagai sumber serat dan vitamin serta mikronutrien. Penggunaan penyedap makanan yang dimasak setengah matang sebaiknya dihindari. Ibu hamil juga perlu memperhatikan asupan kalsium yang berasal dari susu dan pastikan minum air putih yang cukup.

Berapa kali pemeriksaan seharusnya dilakukan oleh ibu hamil?

Pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (ANC) dilakukan secara terpadu. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menganjurkan pemeriksaan kehamilan sebanyak enam kali, yaitu dua kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua, dan tiga kali pada trimester ketiga. Pemeriksaan kesehatan ibu hamil sebaiknya dilakukan di fasilitas kesehatan dengan tenaga kesehatan yang terlatih sehingga dapat mendeteksi bila ada faktor risiko dan memberikan saran dan terapi untuk mencegah atau mengurangi risiko tersebut.

Apakah fenomena ngidam memang ada secara ilmiah atau mitos?

Ngidam merupakan hal yang biasa ditemui saat hamil. Pada umumnya terjadi di awal kehamilan sebagai akibat perubahan hormonal tubuh ibu dan perubahan enzim di saluran cerna. Ngidam sendiri berarti ibu hamil menginginkan sesuatu, bisa yang sifatnya wajar berupa makanan atau hal yang lain, bisa juga sesuatu yang tidak wajar. Sepanjang permintaannya umum dan berupa makanan, dapat dituruti. Tetapi, bila permintaan tidak wajar dan bisa membahayakan kesehatan, tidak perlu dituruti.

Di sini peran suami dan keluarga sebagai support system sangat penting untuk menilai wajar atau tidak dan bisa menjadi alat untuk mendekatkan hubungan keluarga dengan memenuhi permintaan yang wajar tentunya.

Apakah ada perubahan hormonal yang menyebabkan masalah kesehatan pada ibu hamil?

Perubahan hormonal akibat kehamilan akan menyebabkan perubahan anatomi dan fungsi tubuh dari ibu hamil. Hal ini paling terlihat di kehamilan muda atau pada trimester pertama. Perubahan yang terjadi menyebabkan gangguan gerak usus, yang mengakibatkan timbulnya keluhan berupa mual, muntah, kembung, gangguan nafsu makan, sampai tidak bisa makan sama sekali karena muntah terus, yakni kondisi yang dinamakan hiperemesis gravidarum. Pada kondisi yang berat, ibu hamil bisa mengalami dehidrasi berat, gangguan keseimbangan elektrolit, penurunan kesadaran, sampai kematian. Selain itu, ibu yang mengalami hiperemesis berat juga dapat mengalami gangguan jiwa berupa stres sampai mungkin menolak kehamilannya karena dirasa terlalu berat.

Apa saja yang harus dipersiapkan untuk proses persalinan?

Proses persalinan merupakan sesuatu hal yang disiapkan oleh ibu hamil dan suami atau keluarga. Selain fisik dipersiapkan dengan baik, juga dukungan berupa dana atau asuransi perlu dipersiapkan. Kehamilan merupakan suatu proses yang memakan waktu sembilan bulan—waktu yang cukup untuk menyiapkan proses persalinan. Untuk ibu hamil sendiri, harus dipastikan kondisi yang bugar untuk bersalin dan kenali faktor risiko dalam kehamilan yang mungkin menjadi penyulit dalam persalinan. Bila hal ini ada, maka sebaiknya persalinan dilakukan di rumah sakit yang memiliki fasilitas Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) dengan dibantu dokter spesialis kebidanan.

Selama tidak ada penyulit atau faktor risiko apa pun, ibu hamil dapat melahirkan dengan dibantu bidan terlatih. Peran suami dan keluarga terdekat juga penting untuk memberikan dukungan moral selama proses persalinan.

Apa saja yang dilakukan untuk memastikan ibu dan bayi selamat?

Pertama, kenali faktor risiko kehamilan ibu tersebut. Bila ada, upayakan dilakukan perbaikan atau, bila tidak dapat diperbaiki, dianjurkan persalinan dilakukan di rumah sakit yang memiliki fasilitas PONEK. Kedua, pastikan persalinan dilakukan di tempat fasilitas kesehatan dan dibantu oleh tenaga kesehatan terlatih. Ketiga, perlu dipastikan adanya fasilitas untuk merujuk bila ada kegawatdaruratan.

Mengapa ada ibu yang mengalami baby blues syndrome?

Seorang ibu dapat mengalami baby blues syndrome yang terjadi mulai 2-3 hari pertama setelah melahirkan sampai dua minggu kemudian. Gejalanya sangat bervariasi, yaitu gangguan mood, kecemasan, menangis berlebihan, mudah marah, konsentrasi turun, gangguan nafsu makan, dan gangguan tidur. Pada kasus yang lebih parah dapat terjadi depresi masa nifas (postpartum) yang dapat mengarah ke bunuh diri dan membahayakan ibu itu sendiri maupun bayinya.

Dukungan keluarga terdekat, terutama suami, merupakan faktor yang paling berperan dalam mengatasi baby blues syndrome sehingga ibu tidak merasa sendiri dalam merawat bayinya. Pada ibu melahirkan dengan riwayat gangguan jiwa, depresi berat perlu lebih diperhatikan dan dikuatkan dengan dukungan orang terdekat. Bila diperlukan, terapi oleh dokter ahli jiwa atau psikiater bisa membantu pada kasus-kasus yang lebih berat.

 

Penulis: Redaksi Mediakom